Tantangan yang Harus Dihadapi Koperasi Simpan Pinjam Selama Pandemi
Pandemi Covid-19 yang menyerang dunia di akhir tahun 2019 memberi dampak luar biasa hampir semua sektor, salah satunya sektor ekonomi. Tidak hanya Indonesia yang mengalami kesulitan, tetapi juga negara-negara lain. Aktivitas tidak lagi bisa bebas. Transportasi banyak dihentikan untuk beroperasi. Wisata juga banyak yang harus tutup sementara.
Banyak yang menjadi korban dari Covid-19. Bukan hanya nyawa manusia, tetapi juga perusahaan-perusahaan yang gulung tikar lantaran tidak mampu bertahan. Pun UMKM dan koperasi simpan pinjam yang berada di sektor menengah ke bawah, yang harus menghadapi tantangan baru di tengah pandemi ini.
Apa saja tantangan tersebut? Simak ulasannya berikut:
Di awal wabah Covid-19 masuk ke Indonesia, tidak sedikit pegawai dari berbagai sektor harus dirumahkan lantaran banyak perusahaan yang tidak mampu lagi beroperasi. Alhasil, pendapatan mereka pun menurun drastis. Hal itu juga berimbas pada kemacetan kredit atau cicilan para anggota koperasi yang harus dibayarkan. Akibatnya, keuangan koperasi mulai goyah. Terlebih ketika di waktu yang hampir bersamaan, anggota yang memiliki simpanan juga berbondong-bondong mengambil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Maka, dana cadangan koperasi pun mulai menipis.
Dalam beberapa bulan ini, perekonomian negara tengah turun drastis. Tekanan ekonomi yang tinggi membuat banyak orang berbondong-bondong mengambil dana simpanan yang dimiliki dari lembaga-lembaga seperti koperasi. Terlebih adanya sentimen dari beberapa kasus tentang gagal bayar. Maka, masyarakat pun semakin enggan untuk menyimpan uang ke koperasi atau perbankan.
Tidak semua sektor usaha siap dengan perubahan situasi yang mendadak. Inilah yang dialami oleh koperasi yang terbiasa berinteraksi dengan anggota dan masyarakat secara offline. Maka, ketika terjadi wabah yang membatasi segala aktivitas, perubahan tersebut terasa mencekat. Ada yang mampu sigap mengikuti perubahan dengan memanfaatkan teknologi. Tetapi, masih banyak yang kebingungan untuk mempertahankan diri dan menyesuaikan dengan keadaan.
Tiga tantangan tersebut akan dapat teratasi ketika pengurus koperasi mau bergerak maju dengan melakukan:
Perubahan situasi yang mendadak memang menjadi tantangan terberat bagi para pengurus dan anggota koperasi. Namun, hal tersebut akan dapat diatasi dan ditangani dengan mudah ketika Anda dapat berinovasi dengan mengikuti perkembangan zaman.
Di era revolusi industri 4.0 ini, Anda dapat memanfaatkan teknologi dengan melakukan digitalisasi dalam hal pelayanan terhadap masyarakat. Contoh mudahnya, mengadakan rapat bulanan ataupun tahunan secara online dengan berbagai aplikasi video meeting yang tersebar luas di pasaran.
Bisa juga dengan membuat aplikasi koperasi yang memudahkan anggota dalam mengajukan pinjaman atau menarik dan menambah uang simpanan.
Kualitas adalah poin utama yang harus ditingkatkan. Jika selama ini koperasi berorientasi pada kuantitas, maka di tengah pandemi ini kualitas yang harus dinomorsatukan. Kualitas tersebut terdiri dari perbaikan pelayanan, kemudahan anggota dan masyarakat dalam mendapatkan informasi, peningkatan kepercayaan dengan memberikan apa yang menjadi kebutuhan anggota, serta bergerak bersama dalam mencapai tujuan yaitu saling membantu dalam kesejahteraan.
Contohnya: koperasi membantu mempromosikan produk UMKM yang dimiliki oleh anggotanya melalui media sosial atau website seperti yang dilakukan oleh Koperasi Simpan Pinjam Kita Makmur Sejati pada laman resminya www.koperasikms.com.
Selain itu, koperasi juga bisa memberikan webinar pelatihan kepada pelaku industri kecil menengah yang tergabung menjadi anggotanya, agar mampu mengembangkan usaha mereka.
Tantangan akan selalu ada, baik ketika wabah menyerang ataupun tidak. Satu yang akan bertahan, yaitu orang atau lembaga yang mampu mengikuti perubahan secara cepat. Itulah yang harus dilakukan koperasi simpan pinjam agar tetap berdiri tegak menjadi soko perekonomian nasional yang membantu memfasilitasi usaha rakyat kecil.